Riset Monitoring Orangutan Sumatera di Pakpak Bharat

Table of Contents

Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Dr. Ir. Siti Nurbaya Bakar Msc (tengah) bersama tokoh masyarakat Pakpak Bharat. Foto: Dok. Yayasan Petai.

Riset Monitoring Orangutan Sumatera (Pongo Abelii) di tiga lokasi di Kabupaten Pakpak Bharat: Desa Sibongkaras (HL. Sikulaping), Desa Malum (HL. Batu Ardan) dan Desa Sibagindar (Eks PT. Gruti)

Konsorsium Orangutan Sumatera Lestari adalah gabungan antara Yayasan Orangutan Sumatera Lestari Orangutan Information Centre (YOSL-OIC), Forum Orangutan Indonesia (FORINA) dan Yayasan Pesona Tropis Alam Indonesia (PETAI) yang menjalankan program dari TFCA Sumatera berjudul Program Penyelamatan Orangutan Sumatera dan Habitatnya di Kawasan Ekosistem Leuser (KEL). Riset monitoring Orangutan Sumatera (OUS) adalah bagian kegiatan dari Konsorsium Orangutan Sumatera Lestari.

Riset Monitoring OUS dilaksanakan sebanyak 8 kali pengulangan pada masing-masing lokasi. Desa Sibongkaras dimulai pada Bulan Juni 2017, Desa Malum dimulai pada Bulan Agustus 2017 dan Desa Sibagindar dimulai pada Bulan September 2017.

Pengamatan dilakukan menggunakan kombinasi metode transek garis (line transect method) dengan penghitungan jumlah sarang (nest count method). Pada setiap tipe habitat, transek diletakkan secara sistematik dengan titik awal secara acak, jalur transek sepanjang 1 km dengan setiap 25 m diberi tanda dengan pita tagging dan jarak kiri kanan transek 50 m.

Pada kegiatan survey ini masing-masing lokasi direncanakan menggunakan tiga jalur transek. Sarang OUS yang ditemukan dicatat jumlah sarang dan karakteristik sarang, yang meliputi: kelas sarang, posisi sarang, jenis pohon sarang, arah posisi sarang, tinggi sarang, tinggi pohon sarang, jarak sarang dari transek (PPD).

Persebaran OUS diidentifikasi dengan mengambil titik koordinat posisi sarang yang ditemukan atau terjadi perjumpaan langsung dengan OUS dengan menggunakan GPS (Global Positioning System). Selain itu, apabila ada satwa lain yang ditemukan juga dicatat nama satwa (Indonesia, Latin), model perjumpaan apakah secara langsung, jejak, kotoran, sarang atau bahkan suara.

Potensi gangguan dan ancaman terhadap OUS diidentifikasi dengan melakukan pengukuran jarak antara titik perjumpaan sarang maupun OUS dengan kebun, pemukiman dan jalan terdekat menggunakan GPS. Pengukuran parameter ekologi untuk mengkaji kualitas habitat OUS dilakukan dengan metode fruit trail, yaitu menghitung kelimpahan pohon yang sedang berbuah per km sepanjang jalur transek (van Schaik et al. 1995).

Pengambilan data analisis vegetasi menggunakan metode sampel plot vegetasi line transect dengan analisa data menggunakan metode Shanon Wiener, di mana jalur transek sepanjang 1 km setiap jalur transek dibagi menjadi 10 plot kecil dengan ukuran 20×20 m dan interval 100 m.

Data yang diambil adalah pohon-pohon yang berdiameter > 10 cm, nama jenis, diameter pohon setinggi dada (dbh), dan tinggi pohon. Data vegetasi yang terkumpul kemudian dianalisis untuk mengetahui kerapatan jenis, kerapatan relatif, dominansi jenis, dominansi relatif, frekuensi jenis dan frekwensi relatif serta Indeks Nilai Penting serta daftar pohon pakan orangutan.

Facebook
Twitter
LinkedIn